Kekurangan Orang Bijak

Religion is to do right.
It is to love,
it is to serve,
it is to think,
it is to be humble....
~Ralph Waldo Emerson.

Ketakutan bisa mengambil berbagai macam dan ragam. Takut disalah-sangkai adalah salahsatunya. Dimana, takut disalah-sangkai menimbulkan tindakan antisipatif berupa kehati-hatian —baik di dalam bertindak maupun berucap. Ini tentu saja baik. Tapi di sisi lain, ia juga bisa menimbulkan kecemasan yang berlebihan, yang juga membuat kita kelewat hati-hati, jadi lamban dan tampak canggung. Dan yang ini, tentu merugikan.

Jadi, ketakutan sekalipun ada baik dan buruknya, seperti hal-hal lain di alam dualitas ini. Ia tidak selalu buruk.

Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Menyikapinya dengan tepat, ia bermanfaat; menyikapinya dengan salah, ia merugikan. Para arif akan selalu menyikapi segala sesuatunya dengan tepat, sehingga daripadanya, situasi dan kondisi yang terburuk sekalipun, yang paling berpotensi merugikan sekalipun, bisa memberi manfaat bagi mereka.

Seorang bijak pernah berkata: “Dunia ini sudah kelebihan orang pintar, namun kian kekurangan orang bijak”. Kita punya banyak instusi pendidikan dan berbagai perguruan untuk mencetak orang-orang pintar, para akhli, para peneliti dan spesialis, secara massal. Tapi kita tidak bisa mencetak orang-orang bijak. Padahal, kalau kita berniat ‘Membangun Dunia Baru’, kita akan sangat membutuhkan semakin banyak orang bijak; bukan orang pintar.

0 comments:

 
My Ping in TotalPing.com